Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, Prof. Dr. H. Rajindra, SE., MM mengungkapkan jika Provinsi Sulawesi Tengah saat ini membutuhkan pemimpin yang tidak hanya peduli dengan persoalan ekonomi namun juga peduli dengan masalah pendidikan.
Keduanya sebut Prof Rajindra harus menjadi perhatian bagi siapapun nantinya yang diamanahkan oleh rakyat untuk memimpin provinsi ini lima tahun kedepan. Selain juga tentu harus bisa menangani permasalahan-permasalan lain di luar dari ekonomi dan pendidikan.
Menjadi pemimpin sebut Prof Rajindra harus bisa menjawab dan menyelesaikan setiap permasalahan di masyarakat, ekonomi dan pendidikan adalah masalah penting saat ini. Tingkat pengangguran begitu tinggi di kalangan anak muda, kenaikan harga barang tidak seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat, akibatnya kemiskinan akan meningkat.
“Jika masyarakatnya miskin, bagaimana anak-anaknya bisa sekolah, karena pendidikan membutuhkan pembiayaan, apa lagi jika kita berbicara perguruan tinggi,”ujar Prof Rajindra.
Namun tidak sedikit juga kemiskinan itu diakibatkan oleh faktor pendidikan, rendahnya pendidikan dan tidak memiliki keahlian sehingga sulit berkompetisi di dua kerja, sehingga mengakibatkan kemiskinan.
Untuk itu katanya, pemerintah harus bisa menuntaskan masalah kemiskinan dan pendidikan ini. Pemerintah harus bisa memastikan anak-anak muda mendapatkan pekerjaan, jangan hanya menjadi penonton di kampunya sendiri, menyaksikan pekerja asing mengeruk kekayaan alamnya, sementara dia tidak mendapatkan apa-apa.
Anak muda yang menganggur jika tidak mendapatkan penanganan (mendapatkan pekerjaan jelas) akan menambah beban pemerintah, karena bisa saja mereka lari ke jalan yang keliru, semisal alkohol, narkoba, tauran, begal, dan kriminal lainnya. “Ini tidak hanya menjadi beban pemerintah, namun juga menjadi masalah baru di masyarakat,”jelasnya.
Begitu juga dengan kondisi petani, hasil panen kebun dan sawah mereka harus bisa difasilitasi pemasarannya oleh pemerintah, agar harga jualnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, modalnya bisa kembali, dan anak-anak mereka bisa dibiayai pendidikannya.
“Selama ini pemerintah hanya mendorong produktivatas pertanian, namun hampir-hampir tidak perna membicarakan bagaimana pemasarannya, akibatnya saat musim panen tiba, harga menurun drastis, yang rugi tentu petaninya, terkadang modalnya tidak kembali, ini yang banyak dialami petani kita,”jelasnya.
Ini jugalah sebutnya, yang menjadi alasan banyak anak-anak muda yang malas menjadi petani, karena mereka menyaksikan bagaimana kondisi ekonomi orang tuanya, sekeras apapun bekerja ekonominya hanya begitu-begitu saja.
Pendidikan pun demikian, pemerintah harus bisa menyediakan beasiswa bagi anak-anak yang orang tuanya tergolong prasejahtera yang belum diakomodir oleh beasiswa yang disediakan oleh pemerintah pusat melalui KIP Kuliah maupun BI dan sebagainya.
Karena begitu banyak anak-anak di daerah yang memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun karena terkendala oleh biaya, impian untuk mendapatkan layanan pendidikan di perguruan tinggi pun pupus.
“Di sinilah peran dari gubernur, siapapun nantinya yang diamanahkan oleh rakyat, harus bisa menjadi solusi dari permasalahan tersebut, karena kondisi ini adalah kondisi rill yang terjadi di seputar kita, jadilah pemimpin yang baik menjadi solusi dari setiap permasalahan rakyat,”sebutnya.