Ketua PP Muhammadiyah Dr. H. Agung Danarto. M.Ag mengingatkan kepada para Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Tengah, agar jangan sampai ada aset Muhammadiyah di provinsi ini yang tidak termanfaatkan, baik itu berupa gedung maupun yang masih berupa lahan kosong.
Karena jika ada aset yang tidak termanfaatkan, maka itu akan menjadi tanggungjawab pimpinan wilayah atau daerah, baik di dunia maupun di akhirat, serta dikhawatirkan itu akan menjadi penghambat saat menghadap Allah SWT di yaumuil kiamah.
Hal tersebut disampaikan saat mengisi tauziah pada kegiatan Silaturahmi Warga Muhammadiyah Sulawesi Tengah yang mengangkat tema “Satukan Langkah Kebersamaan, Mewujudkan Gerakan Berkelanjutan” di Gedung Banua Kaili (GBK) Rusdy Toana, Komplek Kampus Unismuh Palu, Sabtu (11/5/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh para Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Tengah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten dan Kota, Pimpinan Aisyiyah, Pimpinan Amal Usaha, pengurus dan anggota Ortom, serta anggota perserikatan Muhammadiyah lainnya.
Untuk itu kata Agung Danarto, jangan sampai ada aset yang dimiliki Muhammadiyah yang tidak termanfaatkan dengan baik, apa lagi jika aset tersebut berupa wakaf. “Jangan sampai si pemberi wakaf kecewa, karena wakafnya tidak termanfaatkan,”sebut Agung Danarto.
Apa lagi katanya, banyak aset Muhammadiyah yang dimiliki saat ini terutama yang berupa tanah, sumbernya dari wakaf masyarakat, baik itu masyarakat yang telah menjadi anggota Muhamammadiyah maupun yang belum. Namun karena kepercayaannya sehingga dengan suka rela mewakafkan tanahkanya kepada Muhammadiyah dengan harapan dapat segera termanfaatkan untuk kemaslahatan Umat dan Bangsa.
Di kesempatan tersebut, dua orang warga Muhammadiyah Sulawesi Tengah, mewakafkan tanahnya ke Muhammadiyah Sulawesi Tengah masing-masing Prof Dahlia dan keluarga (Alm) Syamsudin H. Khalik.
Kata Agung Danarto, Warga Muhammadiyah itu memang telah terlatih menjadi dermawan, hartanya yang ada dari pada jadi rebutan setelah meninggal, lebih baik diwakafkan untuk bangsa dan negara atau ke Muhammadiyah yang menjadi milik umat, bukan milik perseorangan.
Amal usaha Muhammadiyah berdiri dimana-mana itu karena kedermawanan warga Muhammadiyah, uang kas Muhammadiyah itu salah satunya ada di kantong-kantong warna Muhammadiyah.
“Saya sangat senang ada wakaf seperti ini, apa lagi diwakafkan untuk boarding school yang kelak menjadi lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak kita menjadi orang yang beriman bertakwa kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa,”sebut Agung.
Agung melanjutkan, bahwa orang mukmin yang benar itu bersungguh-sungguh berjuang dengan harta bendanya dan pengetahuannya. Itulah yang menjadi bagian dari spirit dalam diri seseorang warga Muhammadiyah. Salah satu bentuk kesungguhan itu diwujudkan dalam bentuk berdirinya sejumlah amal usaha Muhammadiyah sekalipun di daerah itu masih minoritas, seperti di Sorong.
“Di Sorong meskipun minoritas, namun telah berdiri amal usaha di sana yakni Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Tidak heran mahasiswanya sebagai besar non muslim, bahkan ada mantan mahasiswa kita menjadi pendeta,”jelasnya.
Perlu dipahami katanya, tugas penciptaan manusia itu adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan juga sebagai Khalifah di muka bumi ini. Jika ibadah itu hubungan vertikal kepada Allah, maka tugas menjadi Khalifah adalah untuk menyebarkan Rahmat, menyebarkan kebaikan, bukan sebaliknya atau yang disebut beramal shaleh.
“Iman dan amal shaleh itu erat kaitannya. Ini perlu menjadi pakaian kita sebagai seorang muslim sekaligus sebagai warga Muhammadiyah,”pesannya.
Salah satu bentuk amal shaleh sebutnya adalah membangun amal usaha yang dilembagakan seperti sekolah dan sebagainya, itu akan menjadi amal jariyah sepanjang digunakan sekalipun pendirinya sudah meninggal.